Skip to content

Maurizio Sarri: From Zero to Hero -Sempat Diragukan, Kini Kembali Dipuja-

    Karya: Sultan Alfiantsyah (Staf Departemen Kajian dan Aksi Strategis BEM FEB UGM/Ilmu Ekonomi 2017)

     

    Kesuksesan Chelsea meraih trophy UEFA Europa League (UEL) 2018-2019 menorehkan kisah tersendiri bagi sang manager, Maurizio Sarri. Siapakah sosok Maurizio Sarri itu? Maurizio Sarri merupakan pelatih sepak bola asal Italia yang lahir pada 10 Januari 1959. Sebelum mengawali karier sebagai pelatih sepak bola, ia merupakan seorang bankir. Maurizio Sarri mengawali kariernya sebagai pelatih sepak bola pada tahun 1990 dengan melatih Stia, klub kasta terendah liga Italia. Berbeda dengan kebanyakan pelatih sepakbola yang dulunya adalah seorang pemain sepak bola, Maurizio Sarri memutuskan untuk menjadi pelatih sepakbola karena ia belajar dari pengalamannya menjadi seorang bankir yang juga tidak memiliki background pendidikan ekonomi. Namun, atas usahanya belajar secara mandiri, Sarri dapat menjadi bankir yang andal. Berangkat dari keyakinan tersebut, Maurizio Sarri mencoba peruntungannya untuk menjadi pelatih sepak bola. Pada awal kariernya, ia rela untuk mempelajari taktik sepak bola tiga belas jam sehari untuk mempersiapkan taktik pada pertandingan selanjutnya.

    Nama Maurizio Sarri baru dikenal publik setelah 24 tahun melatih beberapa klub medioker liga Italia. Pada tahun 2014, Maurizio Sarri berhasil mengantarkan FC Empoli kembali ke Serie A dan membuat FC Empoli menjadi salah satu tim yang memberatkan tim-tim papan atas Serie A, seperti AC Milan, AS Roma, Inter Milan, SSC Napoli, dan Fiorentina. Melihat kinerjanya yang cukup bagus dengan Empoli FC, akhirnya pada tanggal 11 Juni 2015, SSC Napoli menunjuk Maurizio Sarri sebagai manager baru mereka.

    Saat ini, nama Maurizio Sarri merupakan salah satu pelatih sepak bola yang cukup terkenal di Eropa. Sarri memiliki gaya bermain yang khas yaitu “sarriball”. Dengan Sarriball, ia hampir mengantarkan SSC Napoli untuk mematahkan dominasi Scudetto Juventus musim 2017-2018. Permainan Maurizio Sarri yang begitu impresif di Serie A menarik minat pemilik Chelsea, Roman Abramovich, untuk mendatangkan arsitek Napoli tersebut ke Stamford Bridge dan menggantikan pelatih Chelsea saat itu, Antonio Conte. Pada 14 Juli 2018, Chelsea resmi mengumumkan Maurizio Sarri sebagai manager baru mereka. Setibanya di Inggris, Maurizio Sarri mendapatkan banyak ekspektasi untuk meningkatkan kualitas dan kinerja klub dari berbagai pihak. Kisah petualangan Maurizio Sarri di Premier League di mulai dari pertandingan Community Shield 2018. Kala itu, Sarri harus berhadapan dengan juara Premiere League musim 2017-2018, Manchester City, yang dinahkodai oleh Pep Guardiola. Pasukan Maurizio Sarri harus pulang dengan kepala tertunduk karena tidak mampu menahan kedigdayaan pasukan Pep Guardiola. Belajar dari kekalahan pertamanya, Maurizio Sarri mengevaluasi kinerja dari skema permainan yang ia miliki. Alhasil, awal musim Premier League 2018-2019 menjadi era kedigdayaan Chelsea di liga Inggris dengan tidak kekalahan dalam 12 pertandingan. Terlebih lagi, Chelsea juga berhasil memberikan kekalahan perdana bagi pasukan Pep Guardiola di Stamford Bridge sebagai balasan kekalahan di Wembley saat Community Shield. Namun, semua tidak berjalan sesuai yang diharapkan pada paruh kedua Premiere League 2018-2019. Konsistensi permainan Chelsea menurun. Pasukan Maurizio Sarri tersebut sering mengalami kekalahan saat bertemu tim-tim kuat Premier League. Puncaknya terjadi saat Chelsea dibantai 6-0 oleh Manchester City di Etihad Stadium, disingkirkan oleh Manchester United dari kejuaraan piala FA, dan gagal menjadi juara Carabao Cup 2019 setelah kalah adu pinalti melawan Manchester City di Wembley. Kinerja Chelsea yang tidak konsisten tersebut membuat Roman Abramovich menjadi geram dan muncul kabar bahwa Maurizio Sarri berada diambang pemecatan. Rumor perekrutan pelatih beken Eropa, seperti Zinédine Zidane, untuk menjadi pengganti Maurizio Sarri sering beredar. Hal ini membuat Maurizio Sarri sempat frustasi dan dilansir dari Sky Sport (2019), Maurizio Sarri merasa iri kepada Pep Guardiola, karena meskipun nirgelar pada musim perdananya bersama Manchester City, pihak klub masih memberinya waktu. Berbeda dengan Sarri di Chelsea membutuhkan gelar bagi Chelsea musim itu juga. Semua itu dilalui Maurizio Sarri dengan hati yang lapang dan terus melangkah maju.

    Kesabaran itu berbuah manis ketika ia berhasil mengantarkan Chelsea ke Final UEFA Europa League 2019 setelah berhasil mengalahkan Eintracht Frankfurt pada babak semifinal. Meskipun lolos ke babak final, Chelsea diragukan untuk menjuarai UEL karena mereka harus berjumpa dengan tetangga mereka sendiri, yaitu Arsenal di bawah komando Unai Emery,  pelatih spesialis dalam menjuarai UEFA Europa League. Selain itu, adanya konflik internal di kubu Chelsea sehari sebelum final menambah beban dari Maurizio Sarri. Pada laga final yang berlangsung di Baku, Azerbaijan (30/5), Chelsea yang tidak diunggulkan untuk juara berhasil melibas Arsenal dengan skor 4-1. Hal itu yang membuat Maurizio Sarri berhasil mengantarkan Chelsea sebagai kampiun UEFA Europa League 2019. Siapa sangka seorang Maurizio Sarri yang sedang ramai dibicarakan media dan diambang isu pemecatan justru berhasil membawa Chelsea untuk meraih gelar UEFA Europa League untuk kedua kalinya dan menjawab keraguan media. Keberhasilan Sarri membawa Chelsea sebagai juara merupakan penghargaan pertama yang ia raih selama 29 tahun berkarier menjadi pelatih sepak bola. Apabila dibandingkan dengan pelatih top lainnya seperti Pep Guardiola, Sir Alex Ferguson, Zinédine Zidane, Unai Emery, Jurgen Klopp, Arsene Wenger dan Jose Mourinho, maka Maurizio Sarri memiliki prestasi yang masih sangat minim. Namun, ada satu hal yang dapat kita jadikan sebagai hikmah atau pelajaran dari kisah Maurizio Sarri untuk mencapai gelar perdananya, yaitu kegigihan, keuletan, sikap pantang menyerah, dan kesabaran harus terus kita pegang untuk meraih sebuah kesuksesan. Maurizio Sarri juga mengajarkan kita bahwa setiap perjuangan itu pasti memiliki rasa sakit. Namun, untuk memetik buah dari perjuangan tersebut, kita harus menikmati setiap proses yang ada, terus mengevalusi diri, dan berpikir optimis. Dengan kata lain, kita tidak boleh memiliki rasa lelah dalam belajar dan berproses untuk mencapai sesuatu yang kita inginkan.

     

    Selamat untuk Sarri!

     

    Referensi:

    Rubio, Alberto. (2019). Maurizio Sarri, the former banker who has won his first trophy at 60 years old. [Online] Available at : https://www.marca.com/en/football/international-football/2019/05/31/5cf05e1922601dd3488b4610.html [Accessed : 1 Juni 2019]
    Shufi, Ardy Nurhadi. (2015). Belajar Tanpa Henti ala Maurizio Sarri. [Online] Available at : https://www.panditfootball.com/cerita/179573/ANS/150613/belajar-tanpa-henti-ala-maurizio-sarri [Accessed : 31 Mei 2019]
    Sky Sports. (2019). Chelsea’s Maurizio Sarri says Pep Guardiola ‘lucky’ Man City gave him time. [Online] Available at : https://www.skysports.com/football/news/11668/11645471/chelseas-maurizio-sarri-says-pep-guardiola-lucky-man-city-gave-him-time [Accessed : 1 Juni 2019]
    Transfermarkt. (2018). Maurizio Sarri : Manager Profile. [Online] Available at : https://www.transfermarkt.com/maurizio-sarri/profil/trainer/10073 [Accessed : 31 Mei 2019]

    
    

    Leave a Reply

    Your email address will not be published.