Skip to content

Semarak UGM

     

    Pentas demokrasi terbesar Indonesia sudah didepan mata. Kurang dari dua bulan lagi nasib besar bangsa ini akan ditentukan. Pasangan calon Presiden berikut calon wakil Presidennya, sudah bergeliat mencari dukungan dan menaikkan elektabilitas. Mulai dari silaturahim tokoh, kunjungan lembaga, sampai turun tangan ke desa-desa pelosok. Bahkan realita menunjukkan, obralan janji sudah gencar disampaikan.

     

    Mahasiswa mestilah kritis melihat realita pemilihan Presiden ini. Tidak hanya dikenal dekat dengan dunia intelektual sebagai jantung pergerakan bangsa, posisi mahasiswa itu sendiri sebagai penyambung lidah rakyat mestilah mengawal proses sebagai amanat reformasi yang hingga kini belum tuntas. Pemahaman ini bukanlah mitos belaka, apa yang tersemat di dalam status “mahasiswa” merupakan sebuah amanah dari perjuangan masa lalu. Mulai dari pergerakan mahasiswa Boedi Utomo hingga yang paling fenomenal dan selalu dikenang hingga saat ini, Reformasi ’98.

     

    Diantara rentang waktu tersebut terdapat banyak dinamika kehidupan bangsa yang mahasiswa selalu mengambil peran di dalamnya. Menelisik jauh lebih dalam pergerakan mahasiswa, pergerakan ini selalu memiliki tiga basis yang menjadi dasar untuk bergerak. Pressure Group, Isu dan Nilai merupakan tiga hal yang selalu ada dan menjadi basis gerakan mahasiswa itu.

     

    Atas dasar itulah, sekelompok mahasiswa bergerak. Tidak hanya dibeberapa tempat. Hampir semua daerah bergerak mengawal proses demokratisasi yang tengah hadir ini. Salah satunya mahasiswa Universitas Gadjah Mada. Kampus negeri tertua di Indonesia ini, melalui Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) yang terdapat di hampir semua fakultas, baru-baru ini melakukan konsiliasi dan konsolidasi untuk bergerak dan melakukan pengawalan isu terhadap Pemilihan Presiden

     

    BEM fakultas kemudian menggabungkan diri untuk melakukan satu gerakan bersama yang dengan ini juga mengajak kepada masyarakat utamanya mahasiswa, untuk berpartisipasi dan turut aktif dalam gerakan ini. Gerakan ini kemudian diberi nama “Semarak”. Yang merupakan singkatan dari “Serikat Mahasiswa kerakyatan”. Semarak ini hadir untuk memenuhi janji dan amanah gerakan mahasiswa. Semarak hadir untuk menjawab kegelisahan mahasiswa yang selama ini nyaman dan terkungkung di dalam dunia akademis tanpa terjun langsung untuk bertempur dengan realitas elit-elit politik. Hilangnya fungsi pressure group ini dijawab dengan hadirnya Semarak ini.

     

    Satu, elit, mestilah kita kritisi secara dalam dan penuh intelektual. Kedua, Pemilu menjadi isu yang sangat urgent untuk direspon oleh mahasiswa. Sebagai contoh, Orde Baru ternyata memberikan pelajaran penting dengan hadirnya kesadaran berdemokrasi dalam bangsa ini dengan hadirnya Reformasi. Sehingga dengan itu, jelas lima tahun yang akan datang akan mempengaruhi lima tahun berikutnya dan seterusnya. Ketiga, nilai yang dibawa oleh gerakan ini adalah kepedulian. Nilai dasar yang senantiasa menjadi alasan sederhana hadirnya perubahan. Kepedulian terhadap keberlangsungan hidup bangsa dan negara untuk mendekatkan tanah airnya kepada cita-cita dasarnya, kesejahteraan rakyat.

     

    Tiga nilai amanah dasar tersebut ditransformasikan dalam Semarak; berwujud visi untuk bergerak mendorong Pemilu yang demokratis di Indonesia. Cita-cita besar mewujudkan pemilu yang demokratis ini dirangkum dalam beberapa misi, yaitu:

    a. Pengawalan pemilihan presiden.

    b. Pencerdasan publik baik mahasiswa maupun masyarakat.

    c. Wadah menampung aspirasi mahasiswa.

    d. Pemenuhan hak memilih.

     

    Pengawalan pemilihan presiden akan senantiasa Semarak lakukan dengan aksi nyata. Aksi deklarasi Semarak dan pembagian visi misi capres-cawapres kepada masyarakat menjadi salah satu aksi. Begitupun dengan diskusi yang akan dilakukan menyesuaikan dengan perkembangan konteks dan isu yang ada. Aksi pembagian visi-misi capres-cawapres diharapkan menjadi pertimbangan masyarakat dan mahasiswa untuk memilih secara cerdas dan rasional; sebuah poin penting gerakanuntuk mendorong pencerdasan publik.

     

    Di sisi yang lain, menciptakan “Buku Emas” berisi aspirasi isu yang dikaji oleh mahasiswa dan kontrak politik kepada capres-cawapres; berisi tuntutan hasil kajian mahasiswa berikut aspirasinya.

    (BEM KMFA adalah salah satu BEM yg trgabung di dalamnya)

    Leave a Reply

    Your email address will not be published.