Menulis sebenarnya bukan hobi saya. Saya lebih senang ketika membaca dan mendengarkan suatu cerita. Akan tetapi, kali ini saya ingin menceritakan suatu opini saya melewati tulisan ini. Ini bukanlah tulisan saya yang pertama, tapi sudah cukup lama saya tidak menulis. Apabila ada kekurangan dalam tulisan ini, saya sangat berharap saran dan kritik yang membangun untuk tulisan saya yang lebih baik ke depannya.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, sosial berarti (1) berkenaan dng masyarakat: perlu adanya komunikasi — dl usaha menunjang pembangunan ini; (2) suka memperhatikan kepentingan umum (suka menolong, menderma, dsb). Yap, saya ingin beropini mengenai pandangan sosial saya dalam kehidupan kampus.
Tidak semua orang punya jiwa seni, olahraga, mengkaji dan sebagainya. Akan tetapi, semua orang memiliki jiwa sosial meskipun sedikit. Hal ini lah yang coba saya kembangkan di pemikiran saya. Saya rasa jiwa sosial ini perlu ditampung, perlu difasilitasi agar bisa digunakan dengan baik untuk manfaat banyak orang.
Saya selalu senang ketika bisa bermanfaat bagi orang lain. Bukan berarti dimanfaatkan, tapi memberi semangat dan nilai yg baik dari diri kita untuk orang lain. Tuhan memberikan berbagai dinamika hidup yang indah dengan segala suka duka, kelebihan kekurangan di dalamnya. Berbagi adalah cara elegan yang dilakukan manusia untuk menghargai karunia Tuhan bernama perbedaan ini. Perbedaan bukanlah suatu hal yg perlu dibenci, tapi perlu dimaknai karena segala sesuatu sudah direncanakan oleh Tuhan dengan sangat baik.
Sebagai seorang pemuda dengan gelar mahasiswa saya tidak ingin menyiakan masa-masa ini hanya untuk bersenang-senang untuk diri sendiri, tetapi seperti yang saya sebutkan di atas yaitu bermanfaat untuk orang lain. Saya mencoba untuk menumpahkan ide-ide saya di sebuah acara bernama desa mitra feb ugm.
Di sini saya mencoba mengajak orang lain untuk ingat bahwa ada orang di luar sana yg membutuhkan bantuan kita. Bukan dengan menjadi superhero, tidak, tapi memberi langkah kecil yg menjadi awal suatu langkah-langkah besar. Dalam desa mitra ini saya mencoba merancang selama 5 tahun kegiatan yg ada di sana dengan bantuan dari teman-teman yg lain.
Saya mempunyai mimpi ketika desa mitra ini mahasiswa khususnya mahasiswa ekonomi menjadi laboratotium praktik dari teori-teori yang sudah dipelajari oleh mahasiswa di perkuliahan. Ilmu pemasaran, penghitungan biaya, ekonomi perdesaan dapat diimplementasikan di sini. Tentunya penerapan dari ilmu ini juga bermanfaat untuk warga desa sehingga terciptalah simbiosis mutualisme.
Nama ‘kampus kerakyatan’ ini semoga tidak hanya sekedar nama. Kata rakyat bukan kata semabarangan, di sini lah UGM harus memberikan contoh dengan menjadi pengabdi rakyat. Langkah kecil ini akan dilakukan, menciptakan pandangan baru untuk dapat menjadi inspirasi yang lain. Membantu sesama, gunakan ilmu untuk kebermanfaatan banyak, dan jadikan hidup berarti untuk diri sendiri dan orang lain di sekitar kita.
Penulis : M. Akbar Fadzkurrahman A.